Aturan Pemerintah tentang Penanggulangan Covid-19: Patuhi atau Langgar?
Bagaimana masyarakat patuh terhadap tindakan pemerintah sebagai bentuk upaya menangani wabah Covid-19 penting dalam mengendalikan pandemi Covid-19. Diskusi kali ini menjadi topik yang diselenggarakan Discussion Community Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara ini bertajuk Webinar Internasional, Psy Speaker series 1: Factors Associated with Support For Government actions against Covid-19.
Kegiatan ini mendatangkan narasumber yang luar biasa, Darlingtina Esiaka, Ph.D. INSPIRE Fellow and Director of Community Engagement, Aging and Brain Health Alliance, Rutgers University, USA. Dengan perbedaan waktu 12 jam, acara ini diadakan Selasa 8 Februari 2022 pukul 08,30 pagi WIB atau Senin, 7 Februari 2022 pukul 20.30 EST waktu New York. Acara ini menggunakan Bahasa Inggris dari awal sampai akhir. Animo mahasiswa cukup tinggi tampak dari jumlah peserta yang hadir dalam zoom 269 orang.
[caption id="attachment_3805" align="aligncenter" width="940"] Gambar1. Suasana International Webinar Psy Speaker Series 1[/caption]Dalam sambutannya, Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psikolog, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama menyampaikan “Program ini menjadi suatu pengingat bagi kita sebagai mahasiswa ataupun pengajar di psikologi bahwa psikologi dapat diterapkan dalam pembuatan kebijakan. Sebagai penutup sambutannya, Yunita mengutip sebuah pernyataan dari Kurt Lewin, seorang ahli psikologi sosial yaitu “there is nothing so practical as a good theory”
[caption id="attachment_3806" align="aligncenter" width="940"] Gambar2. Penyampaian Materi oleh narasumber Darlingtina Esiaka, Ph.D.[/caption]Menurut Darlingtina Esiaka, “Saat awal Covid-19, Pemerintah Federal Nigeria memberlakukan lockdown selama dua minggu, kemudian diperpanjang untuk tambahan selama tiga minggu. dan masyarakat terlibat pembatasan pergerakan yang ketat dalam segala kegiatan sosial dan ekonomi kecuali untuk layanan penting. Mereka tidak diperbolehkan untuk berpergian keluar rumah. Hal ini menyebabkan penyesuaian perilaku yang drastis dan penurunan penghasilan bagi orang Nigeria karena mereka tidak bisa pergi bekerja untuk menghasilkan uang”. Kondisi ini mirip dengan di Indonesia.
Selanjutnya, menurut hasil studinya, “kecenderungan untuk mematuhi anjuran terkait Covid 19 dipengaruhi oleh persepsi tentang Covid-19, stigma tentang Covid-19, serta persepsi tentang ancaman yang dirasakan, kepercayaan pada pemerintah, dan karakteristik sosiodemografi masyarakat”.
[caption id="attachment_3807" align="aligncenter" width="457"] Gambar 3. Pemaparan penelitian mengenai factors associated with support for government actions against covid19[/caption]Sedangkan alasan responden tidak mematuhi aturan pemerintah yaitu terkait dengan alasan ekonomi. Mereka tidak dapat bekerja dan menghasilkan uang karena kebijakan yang ada membuat mereka tidak dapat keluar rumah. Kedua, alasan sosial yangmana mereka ingin pergi bertemu dan berkumpul bersama keluarga atau teman-temannya. Selanjutnya terdapat alasan psikologis, yang berupa kebosanan dan kelelahan psikis karena terlalu lama tinggal di rumah. Terakhir adalah alasan agama yaitu alasan untuk pergi ke gereja atau masjid untuk beribadah.
Antusisme peserta tampak dari pertanyaan yang disampaikan. Daringtina menyampaikan, “adanya implikasi bagi kebijkan kesehatan publik, yaitu merumuskan intervensi penanggulangan Pandemi Covid19 di Nigeria berupa program yang berbeda untuk rural dan urban, serta kampanye mengubah stigma” ini sebagai pengingat kita semua bahwa kebijakan yang diambil perlu mendasarkan dari hasil penelitian. Tentunya ini juga berlaku untuk semua kebijakan di Indonesia.
Demikian reportase acara international webinar pertama di bulan Februari 2022. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di acara Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah berikutnya.