International Women’s Day 2021 : Karier vs Rumah Tangga
Senin, 08 Maret 2021. “A girl should be two things: Who and what she wants.” –Coco Chanel. Berkaitan dengan kalimat dari Coco Chanel tersebut, tanggal 8 Maret diperingati sebagai International Women’s Day. Untuk memperingati International Women’s Day, DEMA Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan webinar dengan mengangkat tema “Berkarier vs Ibu Rumah Tangga : Manakah yang Lebih diutamakan?”.
Webinar tersebut menghadirkan dua narasumber yang inspiratif, yaitu Khadijah Al-Makiyah, S.Psi, M.Si. atau yang akrab disapa Kak Alqi yang merupakan Direktur umum PT. Sari Jaya Indonesia serta founder Adik Asuh Sekolah Islam Ahmadiyah Jakarta, juga Dr. Gazi Saloom, S.Psi, M.Si. yang merupakan Wakil Dekan II Bidang Administrasi dan Keuangan sekaligus dosen di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Webinar ini dihadiri sebanyak 270 peserta melalui aplikasi Zoom dan juga dihadiri oleh Dekan serta Wakil Dekan III Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta digawangi oleh Nisrina Fakhira Yuniarto.
Kak Alqi menyampiakan, “ seorang perempuan, baik sebagai wanita karier maupun ibu rumah tangga, atau bahkan keduanya memiliki peran yang sama penting dan hebat, serta sama mulianya”. Lebih lanjut ia memaparkan, “kehidupan di media sosial seringkali memberi pengaruh yang berdampak pada identitas seorang perempuan. Tidak jarang kita menyaksikan adanya perempuan yang justru saling merendahkan perempuan lainnya”.
Misalnya, seperti komentar yang beranggapan bahwa sebaik-baiknya perempuan adalah perempuan yang berdiam diri di rumah dan menganggap bahwa perempuan yang diluar yang melakukan sebuah pekerjaan adalah perempuan yang buruk. Sedangkan, di sisi lain, terdapat pula seorang perempuan yang menganggap bahwa ia merasa dirinya rendah jika menjadi seorang ibu rumah tangga. Apabila terdapat seseorang pada posisi persimpangan ini, ia perlu tahu bahwa setiap peran yang dipilih perempuan tergantung pada kondisi dan situasinya.“Saat membuat value jangan untuk orang lain, bahkan suami sendiri, tapi carilah value untuk diri kamu sendiri, purely untuk dapat aktualisasi diri untuk diri kamu sendiri”, ujar Kak Alqi. “Everything is running right on schedule, jangan insecure melihat perempuan lain. Kita masing-masing mempunyai value sendiri”, lanjutnya.
[caption id="attachment_3541" align="aligncenter" width="640"] Gambar 1. Penyampaian materi oleh Khadijah Al-Makiyah, S.Psi, M.Si.[/caption]Sesi kedua dari webinar ini dilanjutkan oleh Dr. Gazi Saloom, S.Psi, M.Si, Ia menjelaskan bahwa terdapat kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh perempuan dalam menyeimbangkan perannya sebagai wanita karier dan juga ibu rumah tangga. Pertama, keterampilan dalam melakukan manajemen waktu. Kedua, menjalin komunikasi dan waktu bersama yang berkualitas. Ia juga mengatakan terkait debat wanita karier vs ibu rumah tangga yang lebih baik bahwa “Yang lebih baik jika itu menjadi pilihan dari perempuan itu sendiri, selama itu menjadi pilihan dia tanpa ada paksaan maka itulah yang terbaik buat dia”.
[caption id="attachment_3542" align="aligncenter" width="641"] Gambar 2. Penyampaian materi oleh Dr. Gazi Saloom, S.Psi, M.Si.[/caption]Pemaparan menarik dari kedua narasumber memancing cukup banyak pertanyaan partisipan pada sesi tanya jawab. Di antaranya ada yang bertanya mengenai cara agar istri yang merupakan wanita karir dan suami saling bekerja sama dalam mengurus rumah tangga agar tetap harmonis dan anak tetap diberi kasih sayang penuh. Kemudian, Dr. Gazi pun menjawab bahwa perlunya ada kerjasama serta tidak ada pembagian yang kentara antara suami istri. Tugas rumah tangga bersifat fleksibel, tidak perlu dipisah. Seluruh anggota keluarga memiliki tugas dan peran yang sama, perlunya menerapkan rasa saling mengerti dan memahami satu sama lain.
Ada juga yang bertanya mengenai tanggapan Kak Alqi mengenai perempuan yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga, sehingga perempuan tersebut berpandangan untuk menjadi wanita karier agar memenuhi kriteria idaman bagi suami dan ibu mertuanya. Kak Alqi mengatakan bahwa kita perlu memilih pasangan yang “truly my best friend”. Selain itu, kita juga perlu mencari pasangan yang suportif dan menghindari pasangan yang membatasi pilihan hidup kita.
Intinya, apa pun pilihan perempuan, antara berkarier di luar atau hanya di rumah sebagai ibu rumah tangga, keduanya sama-sama baik selama ia memiliki alasan dan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan perannya. Sampai berjumpa pada kegiatan Fakultas Psikologi UIN Jakarta berikutnya.