Kajian Psikologi Islam ke-2: Jiwa Manusia dan Perasaan Waswas
Fakultas Psikologi UIN Jakarta - Berita Fpsi Online - Assalamualaikum, Psyfriend. Hari ini Pusat Psikologi Islam mengadakan acara Kajian Psikologi hari kedua, digelar pada Rabu, 5 Maret 2025, bertepatan dengan 5 Ramadan 1446 H. Kajian ini mengangkat tema menarik, yakni "Jiwa Manusia dan Perasaan Waswas" yang dilaksanakan melalui platform Zoom Meeting. Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Prof. Dr. Drs. Achmad Syahid, M.Ag., yang merupakan guru besar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dr. Layyinah, M.Si., yang merupakan dosen sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Magister dan Sekretaris Pusat Psikologi Islam di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Moderator acara kali ini adalah Drs. Akhmad Baidun, M.Si., dosen Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Acara diawali dengan pembukaan oleh Master of Ceremony (MC), Wara Alfa Syukrilla, S.Si., M.Sc., dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian, dilanjut dengan sambutan dari Wakil Dekan I bidang akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Yufi Adriani, Ph.D., Psikolog. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa perasaan waswas dan anxiety akan dibahas melalui pendekatan Islam yang related dengan kehidupan sehari-hari. Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat, Prof. Dr. Ir. Jafar Hafsah. Dalam kesempatan tersebut, beliau menekankan pentingnya memahami dan mengkaji aspek psikologis terkait jiwa manusia dan perasaan was-was. Setelah rangkaian sambutan, acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Ahmad Maulana Yusuf dari Tim Pusat Psikologi Islam.
Setelah sesi pembukaan, moderator Drs. Akhmad Baidun, M.Si., langsung memandu jalannya acara dengan mempersilakan narasumber pertama untuk menyampaikan materinya. Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Drs. Achmad Syahid, M.Ag., menjelaskan bahwa waswas merupakan bisikan, gangguan hati, dan perasaan tidak yakin yang menimbulkan keraguan serta mencerminkan rasa insecure. Dalam psikologi modern, perasaan waswas dikategorikan dalam berbagai istilah, seperti anxiety, depresi, PTSD, OCD, skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan makan (food disorder), dan lain sebagainya.
Selanjutnya, Dr. Layyinah, M.Si., membahas konsep jiwa manusia dalam Islam. Ia menguraikan struktur jiwa manusia dalam islam yang terdiri dari beberapa aspek jasadiyah (fisik), nafsiyah (psikis), dan ruhaniah (spiritual) semua itu saling terkait erat satu sama lain. Selanjutnya beliau menguraikan tingkatan jiwa (nafs) manusia dalam Islam yaitu, nafs al-ammārah bi as-sū’ (jiwa yang cenderung pada keburukan), nafs al-lawwāmah (jiwa yang selalu menyesali kesalahan), dan nafs al-muthma’innah (jiwa yang tenang dan penuh ketakwaan). Selain itu, beliau menjelaskan bahwa psikoterapi dalam Islam dimulai dengan mengatasi jiwa ammarah yang cenderung mendorong manusia pada keburukan. Jiwa ini tidak akan terbebas dari kelemahan, kerakusan, kezaliman, kebodohan, serta ketundukan pada keinginan duniawi, kecenderungan terhadap kemegahan diri, kesombongan, dan egoisme kecuali jika disertai dengan tazkiyatun nafs (penyucian diri). Penyucian jiwa menjadi kunci utama dalam membentuk karakter yang lebih baik, berlandaskan nilai, prinsip, dan moralitas yang luhur.
Setelah pemaparan materi, sesi tanya jawab pun dibuka. Karena keterbatasan waktu, hanya ada satu peserta yang berkesempatan bertanya, yaitu Adrian, yang menanyakan bagaimana pandangan psikologi terhadap tazkiyatun nafs.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Dr. Layyinah, M.Si., menjelaskan bahwa struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga aspek utama, yaitu jasadiyah (aspek fisik), nafsiyah (aspek psikis), dan rohaniah (aspek spiritual). Ketiga aspek ini memerlukan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik termasuk dalam mengenali kesalahan atau ketidakseimbangan yang terjadi dalam diri seseorang. Melengkapi jawaban tersebut, Prof. Dr. Drs. Achmad Syahid, M.Ag., menambahkan bahwa dalam pendekatan tasawuf, tazkiyatun nafs berkaitan erat dengan pemahaman yang terkandung dalam Surat An-Nas. Ia menekankan bahwa manusia harus berserah diri kepada Allah Swt. karena setiap makhluk sejatinya sedang menjalani perjalanan spiritual untuk mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, semakin hari perjalanan hidup manusia seharusnya semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Sebagai penutup, Drs. Akhmad Baidun, M.Si., menyampaikan harapannya agar para peserta kajian dapat merenungkan dan menyimpulkan sendiri inti dari kedua materi yang telah dipaparkan. Ia juga berharap kajian ini dapat menjadi referensi dalam memahami psikologi Islam secara lebih mendalam. Setelah sesi diskusi, acara dilanjutkan dengan doa penutup yang dipimpin oleh Salwa Afina. Sebelum resmi ditutup, peserta dan narasumber mengikuti sesi foto bersama.
Melalui kajian ini, diharapkan peserta dapat memahami bahwa perasaan waswas merupakan bentuk ketidakyakinan yang sering dikaitkan dengan rasa insecure. Selain itu, kajian ini juga menegaskan bahwa psikoterapi dalam Islam dapat dilakukan melalui tazkiyatun nafs (penyucian diri) sebagai cara untuk menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai kajian dan kegiatan selanjutnya, kunjungi Instagram @f.psiuinjkt atau channel YouTube Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Selamat menyaksikan, semoga bermanfaat! Wassalamualaikum.
— Penulis: Erna Noviana & Dita Nurmala, Editor: Rizki Ramadhani
Kajian Psikologi Islam
Kajian Psikologi Islam