Meningkatkan Pengetahuan Psychological First Aid (PFA) Mahasiswa Psikologi
Meningkatkan Pengetahuan Psychological First Aid (PFA) Mahasiswa Psikologi

Berbicara mengenai keadaan, menurut World Health Organization (WHO), keadaan krisis dari peristiwa-peristiwa besar memberikan dampak negatif kepada seseorang baik dari segi fisik, sosial, dan emosional. Apabila dampak negatif ini tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan jiwa, kejahatan, dan bunuh diri.

Bagi mahasiswa psikologi, sangatlah penting untuk memahami dan melakukan PFA. Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI), Dema F.Psikologi UIN Jakarta dan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan webinar nasional dengan topik Psychological First Aid pada Sabtu, 20 Maret 2021 pukul 8.00 – 11.30 WIB. Webinar ini diikuti oleh 302 mahasiwa Psikologi dari seluruh Indonesia.

Materi diberikan oleh narasumber berpengalaman dibidang Psychological First Aid, yang berpengalaman sebagai konsultan pada lembaga nasional, internasional, dan juga berbagai kementerian serta Lembaga, Mas Wahyu Cahyono. M, Si. Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Psikologi UIN Jakarta, Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si.. Beliau mengingatkan, “Mahasiswa Psikologi perlu mengasah ketrampilan PFA agar bisa meningkatkan kebermanfaatannya unmtuk masyarakat Indonesia.”

[caption id="attachment_3559" align="aligncenter" width="701"] Gambar 1. Penyampaian materi oleh Narasumber Wahyu Cahyono. M, Si.[/caption]

Dalam paparannya, Mas Wahyu mengatakan, “PFA dianalogikan sebagai P3K dilakukan secara sistematis yang mana di dalamnya ada beberapa keterampilan seperti kehadiran, empati, komunikasi interpersonal, dan mencoba memahami situasi. Niat baik saja tidak cukup, karena seringkali niatnya baik namun kondisinya kurang pas, maka nantinya akan kurang”.

Pak Wahyu juga menyampaikan, “Dalam menangani situasi sulit individu harus mengetahui seberapa besar tekanan yang dialami supaya dapat menentukan alternatif yang sesuai dan mengatasi secara bertahap. Ini diianalogikan sebagai membuka dan menutup balon”.  Lebih lanjut, Pak Wahyu mengatakan, “Kendalikan diri terlebih dahulu sebelum membantu orang lain”.

[caption id="attachment_3560" align="aligncenter" width="695"] Gambar 2. Sesi tanya jawab oleh peserta[/caption]

Sesi berikutnya dilanjutkan dengan tanya jawab, dalam sesi ini terdapat beberapa pertanyaan yang diberikan oleh peserta. Pertanyaan dari Elsa, “Bagaimana cara untuk meningkatkan sensitivitas, agar dapat mengetahui teman sekitar pada tahap mana dan langkah apa yang harus dilakukan?” Jawab Mas Wahyu, “Cara meningkatkan sensitivitas adalah dengan menanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu. Misalnya, teman dalam kondisi apa? dan Anda mikir seperti apa kalau saya berada dalam kondisi dia? Apa sih yang saya pikirkan? Dari sini kita mendapat gambaran awal. Seseorang itu butuh kesiapan untuk menyampaikan sesuatu, kita memberi clue yang menunjukkan bahwa saya ada. Jangan memaksa orang jika mereka belum siap”.

Penanya selanjutnya, Auxilia, “Bagaimana tentang asesmen, apakah hadir untuk memberi dukungan secara psikologis saja atau ada asesmen seiring bercerita dengan kita?”.  Menurut Mas Wahyu, “PFA sesuatu yang fleksibel, yang dilakukan awal adalah memberikan perhatian dan mendengar. Ketika mendengar itu bagian dari mengumpulkan informasi. Ketika memberikan tanggapan itu bagian dari mengumpulkan informasi, memvalidasi, memverifikasi emosi atau apa yang dia rasakan atau yang dia pikirkan untuk kita tahu kondisinya. Sehingga langkah terakhir, PFA itu adalah rujukan, karena asumsinya orang yang memiliki masalah bukan ingin mendapatkan tanggapan orang lain, namun ingin menyampaikan unek-unek. Ketika memberikan rujukan itu yang namanya asesmen.”

Demikian reportase acara webinar nasional Psychological First Aid  kali ini. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan sampai bertemu pada acara Fakultas Psikologi berikutnya.