Pre-Marriage: Apa Saja Yang Harus Dipersiapkan?
Pada kehidupan sehari-hari, seringkali kita menjumpai pasangan-pasangan yang merasa sudah siap untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, tetapi sebenarnya mereka belum mendapatkan edukasi yang cukup mengenai dunia pernikahan. Oleh karena itu, DEMA Fakultas Psikologi, lebih tepatnya Departemen Pemberdayaan Perempuan mengadakan Talkshow “Pre-Marriage Talk” yang diadakan pada Jumat, 4 Juni 2021. Kegiatan yang dilaksanakan melalui Zoom Meeting ini dihadiri oleh kurang lebih 235 peserta.
Talkshow ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. yang merupakan Dekan Fakultas Psikologi UIN Jakarta dan Muhammad Iqbal, Ph.D yang merupakan psikolog sekaligus CEO Rumah Konseling. Kemudian, sambutan dari Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama, yaitu Ibu Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi., Psikolog mengawali berjalannya talkshow ini.
Menurut Islam, pernikahan ialah ikatan lahir batin antara suami dan istri dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membentuk rumah tangga yang bahagia. Kemudian, Bu Nihayah menyatakan bahwa dalam pernikahan, hal utama yang harus diperhatikan adalah kesiapan mental, terutama dalam mengelola emosi. Keluarga merupakan urusan yang sangat serius, maka dari itu tidak ada tips & trik yang instan untuk mempersiapkan mental sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Lebih lanjut, beliau memaparkan bahwa kita harus memperhatikan rambu-rambunya, meluruskan niat untuk menikah, menentukan visi & misi serta tujuan, dan strategi untuk mencapainya.
[caption id="attachment_3671" align="aligncenter" width="640"] Gambar 1. Hanifa Faizah (Moderator), Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. (Narasumber 1), Muhammad Iqbal, Ph.D. (Narasumber 2) acara Talkshow: Pre-Marriage Talk.[/caption]Berikutnya, Pak Iqbal menyampaikan, bahwa banyak orang menganggap menikah itu untuk mendapatkan kebahagiaan, padahal sebelum atau tidak menikah sekalipun kita dapat merasa bahagia. Sejatinya, pernikahan itu bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwa pada diri individu. Di era digital ini sulit untuk memilih pasangan yang tepat, menurutnya terdapat dua cara memilih jodoh yang tepat yaitu dengan mencari tahu latar belakang dan akhlak dari calon pasangan. Sesungguhnya, kebahagiaan yang sejati dalam pernikahan diperoleh dengan berdamai pada kelemahan pasangan karena tidak ada pasangan yang sempurna dan kesempurnaan hanya milik Allah.
Kesimpulan yang kami dapat dari talkshow ini adalah kita harus mempersiapkan atau memantapkan diri sebelum masuk ke jenjang pernikahan, mulai dari kesiapan mental, fisik, jasmani & rohani, terutama kesiapan aqidah & akhlak kita. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada kegiatan DEMA Fakultas Psikologi UIN Jakarta lainnya.