Psikologi dan Ekonomi Publik: Kita lihat Kaitannya
Psikologi dan Ekonomi Publik: Kita lihat Kaitannya

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Untuk itu, psikologi dapat dimanfaatkan berbagai bidang, salah satunya adalah ekonomi. Diskusi mengenai kaitan ilmu psikologi dan ilmu ekonomi belum tersampaikan dengan baik di Indonesia. Atas latar belakang tersebut, Discussion Community Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan diskusi Psy Speaker Series 3 dengan tema “Incorporating Psychology Into Public Economics: Experimental Evidence

Acara ini mendatangkan narasumber yang luar biasa hebat, Stefano Pagliarani, seorang PhD Candidate in Quantitative Psychology and Economics, University of Warsaw, Polandia. Dengan perbedaan waktu 6 jam, acara ini dilaksanakan secara daring oleh LSO Discussion Community Fakultas Psikologi UIN Jakarta pada hari Rabu, 9 Maret 2022 pukul 19.30 WIB atau pukul 13.30 PET waktu Polandia. Acara dibawakan dalam Bahasa Inggris, mulai dari pembukaan hingga penutupan. Tingginya minat peserta, yang sebagian besar merupakan mahasiswa, dilihat dari jumlah peserta yang mencapai lebih dari 143 peserta.

Acara oleh Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. Menurut beliau, “Acara ini diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa psikologi dapat mencakup berbagai bidang seperti ilmu ekonomi. Semoga dengan webinar ini pula dapat timbul ide ide baru dari para peserta.”

Dalam paparannya, Stefano Pagliarani menjelaskan, “Kebijakan ekonomi seringkali sulit untuk mencapai efisiensi pasar dan keadilan sosial. Di satu kasus terjadi efisiensi pada pasar, tapi terdapat ketimpangan sosial akibat kebijakan yang ditetapkan, begitu pula sebaliknya.” “… Inilah mengapa studi mengenai perilaku dan psikologis diperlukan dalam ekonomi publik,” lanjutnya.

Stefano menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara model teori dan realitas. Dia menyatakan, “Dalam teori, dinyatakan bahwa manusia dimodelkan selalu berperilaku egois, hanya berorientasi pada keuntungan, sepenuhnya rasional, dan sepenuhnya memahami informasi. Namun model tak bisa sepenuhnya menunjukkan realitas.” “Seperti peta, semakin besar modelnya, semakin sedikit detail yang dapat ditunjukkan,” jelasnya.

Melihat kesenjangan antara teori dan realitas tersebut, Stefano memaparkan penggunaan metode eksperimen untuk menguji teori dengan lebih teliti. Penggunaan eksperimen bertujuan untuk menguji sebuah teori melalui cara yang lebih cermat dan tepat. “Metode eksperimen memberikan data bersih yang memungkinkan untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat.”

Stefano kemudian memaparkan hasil penelitiannya, “Ditemukan 4 hal, pertama, manusia bersifat altruistik. Kedua, manusia rentan terhadap kekeliruan berpikir. Dalam ekonomi sendiri, terdapat dua kekeliruan berpikir yang dapat terjadi, yaitu gambler’s fallacy dan hot-hand fallacy. Ketiga, perilaku seseorang tidak selalu konsisten. Keempat, individu peduli pada imbalan di luar materi, seperti hak, reputasi, ketulusan, dan perilaku dari orang lain.”

Sebagai kesimpulan, Stefano memaparkan, “Beberapa faktor psikologis dan perilaku dapat berperan penting dalam ekonomi publik, sehingga hal ini perlu diselidiki lebih dalam untuk merancang kebijakan publik yang lebih tepat.”

Demikian reportase acara International Webinar Psy Speaker Series 3 di bulan Maret 2022. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di acara Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah berikutnya.