RISA DWI RATNASARI: Alumni Psikologi UIN Jakarta, Terima Beasiswa Bidang Neuroscience di Taipei Medical University
[caption id="attachment_2470" align="aligncenter" width="640"]
Risa Dwi Ratnasari (paling kanan) dalam acara rapat bersama pengurus Institute Neuroscience Indonesia (INI) yang di Pimpin oleh Prof. dr. Irawan Satriotomo, Ph.D, di Jakarta beberapa hari yang lalu. Mereka membahas evaluasi, pencapaian, dan tantangan organisasi.[/caption]
Alumni Fakultas Psikologi angkatan 2012 dan tamat pada tahun 2017 ini mendapat beasiswa untuk program master di Taipei Medical University pada program Graduate Institute Mind Brain and Consciouness (GIMBC). Perjalanan panjang ia lalui untuk bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Faktor regulasi diri, motivasi berprestasi, dan komitmen, telah mengantarkan Risa untuk meraih beasiswa tersebut. Tanggal 20 Agustus 2019, wanita yang lahir di Bandung tanggal 6 Februari 1994 ini akan berangkat ke Taipei. Berikut ini kisah suksesnya yang disampaikan dengan gaya bertutur kepada pimpinan Fakultas Psikologi beberapa hari yang lalu.
Nama saya Risa Dwi Ratnasari. Biasa dipanggil Risa. Sewaktu kuliah di Fakultas Psikologi, saya mulai tertarik dengan mata kuliah Ilmu Faal. Padahal, sebagian besar teman saya, kurang menyukai mata kuliah ini. Dari situ, saya mulai mendalami neuroscience. Sangat menantang. Saya suka tantangan ini.
Sebagai langkah awal, setelah tamat dari Fakultas Psikologi pada tahun 2017, saya mengikuti kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare Kediri. Saya merasa selama kuliah di sini (UIN Jakarta), bahasa Inggris saya masih pas-pasan, kalau tidak bisa dikatakan minim. Selain itu, saya juga mengisi waktu dengan aktif dalam kegiatan volunter bencana sebagai tim Psychological First Aid di daerah-daerah bencana.
Selama satu tahun, saya juga bekerja di Bukalapak, sebagai staff reminder. Hasilnya, ya, lumayan, cukup untuk menanggung biaya hidup di ibukota, tanpa harus merepotkan dan membebani kedua orang tua. Bahkan saya sempat menyisihkan sedikit rezeki untuk kedua orang tua saya. Jiwa mandiri dan disiplin, yang membuat saya bisa melakukan semua ini.
Sementara tetap aktif dalam kegiatan kerelawanan dan menjalani peran sebagai karyawan di perusahaan e-commerce di Indonesia, saya menyempatkan waktu untuk mencari informasi penerimaan mahasiswa. Hampir setiap hari saya menelusuri dunia maya. Tekat saya hanya satu, saya harus berhasil. Selain itu, saya juga menjadi anggota Institute Neuroscience Indonesia (INI). Saya satu-satunya anggota INI yang berlatar belakang psikologi. Anggota lainnya, mayoritas berprofesi sebagai dokter. Namun, mereka sangat welcome kepada saya.
Saya mengajukan dua aplikasi ke universitas yang berbeda, menjalani beberapa rangkaian proses dari Universitas Mahidol dan Taipei Medical university. Dari berbagai proses seleksi yang cukup menguras waktu dari kedua universitas tersebut dalam motivation letter, saya jelaskan bahwa minat saya adalah di bidang kesehatan mental dan neuroscience. Saya juga menjelaskan topik bahasan yang akan menjadi fokus penelitian saya jika terpilih menjadi mahasiswa pada program tersebut.
Pada bulan maret 2019 Universitas Mahidol menginformasikan melalui email bahwa saya berhak melanjutkan studinya di program Neuroscience - Institute of Molecular Biosciences, Mahidol University dengan full scholarship. Tidak lama setelah pengumuman tersebut disusul oleh pengumuman dari Taipei Medical University pada akhir April yang menyatakan saya diterima dengan beasiswa pembebasan biaya program kuliah dan juga beasiswa sebesar 10.000 NTD /bulan. Sama dengan Rp. 4.530.000 untuk kurs saat ini. Alhamdulillah. Semua urusan ini dimudahkan Allah.
Setelah mempertimbangan berbagai hal terutama program kurikulum yang disediakan di kedua universitas tersebut, saya memutuskan untuk memilih Taipei Medical University (TMU) pada program Graduate Institute Mind Brain and Consciouness (GIMBC). Alasan saya karena kurikulum yang diterapkan di TMU menyajikan proporsi psikologi yang lebih banyak dan fokus pembelajaran pada pikiran, otak dan kesadaran.
Seleksi ke TMU sangat ketat. Menurut Philip Tseng PhD Direktur Program GIMBC hanya menerima 20-40% dari total seluruh pendaftar untuk setiap tahunnya. Tahun ini GIMBC menerima banyak aplikasi dengan kualitas sangat baik. Setelah berusaha membuka kesempatan semaksimal mungkin bagi para pelamar akhirnya program hanya dapat menerima lima mahasiswa internasional dan dua mahasiswa negara Taiwan untuk program Master dan dua mahasiswa program Ph.D. Dari Indonesia ada dua mahasiswa yang diterima. Valentino Marcel, alumni Fakultas Psikologi UNDIP (2008) dan saya.
Saya merasa bersyukur dengan kesempatan yang daya dapat ini untuk mewujudkan mimpi saya dalam memmpelari ilmu neuropsikologi secara komprehensif di program strata duanya. Saya berharap dengan studi lanjut ini dapat membantu perkembangan neuroscience khususnya pada bidang kelimuan kesehatan Mental di Indonesia. Saya juga untuk memohon doa restu dari semua pihak agar dapat sukses dalam studinya di Taiwan yang dimulai tahun 2019 ini.
Last but not least, saya mengucapkan terimakasih kepada para dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Mereka sangat luar biasa. Mengajar penuh dedikasi dan loyalitas. Saya ingin menjadi seperti dosen-dosen saya tersebut. Semoga.
