Sharing Budaya dan Pendidikan di Korea Selatan
Budaya dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak lepas dari kelekatan dengan negara Korea Selatan. Negara yang sering disebut sebagai “negeri ginseng” tersebut digandrungi oleh masyarakat untuk menjadi negara tujuan studi. Kemajuan teknologi dan informasi membuat Korea Selatan juga terkenal sebagai negara dengan disiplin ilmu yang turut bersaing dengan negara lain dalam mewujudkan pendidikan berkualitas. DEMA Fakultas Psikologi UIN Jakarta, Departemen Seni Budaya menyajikan acara menarik dengan konsep webinar bertajuk Get to Know Closer: Culture and Education in South.
Korea untuk mengulik lebih lanjut tentang edukasi, kultur, dan informasi beasiswa studi ke Korea Selatan. Dihadiri oleh 200 peserta, webinar yang dilaksanakan pada Sabtu, 19 Juni 2021 ini mendatangkan pembicara Tiara Angelica, serta perwakilan pembicara dari platform beasiswa, Indonesia Scholarship Center yang dimoderatori oleh Shannen Septyanti.
[caption id="attachment_3694" align="aligncenter" width="586"] Gambar 1. Shannen Septyanti (Moderator), dan Tania Angelica (Pembicara)[/caption]Tiara Angelica saat ini sedang menempuh pendidikan di Korea Selatan, di Kyungsung University dengan jurusan Perdagangan Internasional. Langkahnya untuk menjadi mahasiswa di Korea dilaluinya dengan mendapatkan beasiswa. Pada pemaparannya, ia menjelaskan, “beasiswa yang diberikan kepada calon mahasiswa disesuaikan dengan hasil dari TOPIK, TOEFL, IELTS, maupun ketentuan lainnya yang berbeda dari tiap universitas”. Menurutnya, “besaran beasiswa yang didapatkan juga berbeda.”
Salah satu jenis beasiswa yang dipaparkan adalah GKS Scholarship, di mana penerima beasiswa akan mendapatkan tiket pesawat, living allowance dengan kisaran 9000,000 KRW – 1,000,000 KRW, medical insurance (20.000 KRW/bulan), language course (800.000 KRW/quarter), dan lain sebagainya.
Adapun beasiswa lain yang bisa didapatkan yaitu BFIC (Busan Foundation for International Cooperation) dengan persyaratan memiliki visa D-2, masa perkuliahan tersisa 1 tahun sebelum kelulusan, memiliki nilai minimal TOPIK 3, bisa ikut serta dalam kegiatan volunteer, dan belum pernah mendapatkan beasiswa dari BFIC.
Dalam pemaparannya, Tiara Angelica atau yang disapa juga dengan Angel menjelaskan “terdapat beberapa perbedaan dari pembelajaran universitas di Indonesia maupun Korea, seperti adanya perbedaan cara belajar, yang mana mahasiswa di Korea Selatan identik dengan sifat individualitasnya dalam mengejar suatu hal seperti belajar”. Selanjutnya, menurutnya, “Jika di Indonesia kita mengenal adanya belajar bersama. Budayanya yang lain seperti sangat kompetitif untuk meraih suatu hal yang mereka ingin capai, hingga tidak heran rasanya jika melihat café maupun perpustakaan ramai dikunjungi ketika mendekati waktu ujian.”
Webinar ini juga dimeriahkan dengan games seputar Korea Selatan. Setelah itu, informasi beasiswa untuk melanjutkan kuliah di luar negeri, yang lebih lanjut disampaikan oleh pihak Indonesia Scholarship Center yang diwakilkan oleh A. Adhityawarman dan Schoters yang diwakilkan oleh Zaky. Terdapat banyak fasilitas yang diberikan oleh Indonesia Scholarship Center dan Schoters untuk para pelajar di seluruh Indonesia. Misalnya belajar membuat CV, Esai, Motivational Letter, hingga konsultasi dan sebagainya yang dibutuhkan untuk melanjutkan pendidikan.
Kesimpulan dari webinar ini adalah banyak cara jika kita ingin mencapai sesuatu, termasuk beasiswa ke Korea atau negara lain yang kita inginkan, asal kita juga berusaha secara maksimal.
Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada kegiatan Fakultas Psikologi UIN Jakarta lainnya.